LABORATORIUM FARMASEUTIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN LENGKAP
BOBOT
JENIS DAN KERAPATAN ZAT
OLEH :
NAMA : WAHYUDI
STAMBUK : 150 2012 0262
KELAS : W3.A
KELOMPOK : IV
(EMPAT)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Setiap zat yang ada di muka
bumi ini memiliki karakteristik 6 tersendiri. Karakter-karakter tersebut
berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik adalah sifat zat yang
dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat atau gas, serta sifat
yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan sebagainya. Sifat kimia
meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara langsung, misalnya kelarutan
zat, kerapatan dan lain- lain. Keadaan bahan secara keseluruhan dapat di bagi
menjadi zat gas, fluida, dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan
bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya dan gas mengembang
menempati semua ruangan tanpa memperdulikan bentuknya. Fluida termasuk materi
yang mengalir yang digunakan dalam hubungan antara cairan dengan gas. Teori
fluida sangat kompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang paling dasar
yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda satu dengan yang lain.
Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat, berbeda
untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta 2 fasa
karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa mengapung, melayang dan
tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang dipengaruhi oleh
perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui cara mengukur bobot
jenis dan kerapatan pada beberapa sampel.
Di bidang farmasi, selain
bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga digunakan
untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat jenisnya kemudian
dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat
dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu,
percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer,
maka dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini.
I.2 Tujuan Praktikum
Ø Menentukan bobot jenis beberapa cairan
Ø Menentukan kerapatan beberapa padatan
`BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar teori
Ahli farmasi seringkali
menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan
perubahan massa dan volume. Kerapatan merupakan besaran turunan karena
menyangkut satuan massa dan volume pada temperature dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot
jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan
massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4oC
atau temperature lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam
pembacaan bobot jenis 25oC/25oC, 25oC/4oC,
dan 4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperature
udara di mana zat ditimbang. Angka di bawah garis miring menunjukkan
temperature air yang dipakai. (Martin, 1990).
Bobot jenis suatu zat
didefinisikan sebagai perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang
sama ditimbang di udara pada suhu yang sama. (Anonim,1979. hal 767). Penetapan
bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lein didasarkan
pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25oC zat
terbentuk padat tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada
masing-masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25oC.
bilangan bobot jenis merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu
pada bobot jeniss air pada 4oC (=1000 g.m-1). (Anonim,
1995).
Bila kerapatan benda lebih besar dari kerapatan air, maka
benda tersebut akan tenggelam dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka
benda akan mengapung. Benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda yang
tercelup dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda-benda terhadap
kerapatan cairan. Rasio kerapatan air dinamakan berat jenis zat itu.
Kerapatan Partikel
Menurut British
Standard 2955 (1958) bahwa kerapatan partikel terbagi atas tiga yaitu :
ü Kerapatan partikel sejati adalah
ketika volume diukur tidak termasuk baik terbuka dan tertutup pori-pori dan
merupakan property fundamental dari suatu material.
ü Kerapatan partikel jelas adalah
ketika volume diukur meliputi intraparticulate pori-pori.
ü Kerapatan partikel yang efektif
adalah volume “dilihat” oleh fluida bergerak melewati partikel. Itu sangat
penting dalam proses seperti sedimensi atau fluidisation tetapi jarang di
gunakan dalam bentuk sediaan padat.
(Mark Gibson, 2001)
Kerapatan
dapat di ukur melalui pengukuran massa dan volumenya :
M = Massa zat (g)
V = Volume zat (ml)
Ada tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga-rongga yaitu :
ü Rongga
intrapartikel yang terbuka adalah rongga-rongga terdapat di dalam partikel
tunggal, tetapi terbuka pada lingkungan luar.
ü Rongga
intrapartikel yang tertutup adalah rongga-rongga terdapat di dalam partikel
tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.
ü Rongga
antarpartikel adalah ruang-ruang udara antara dua pertikel individu.Karena itu, paling tidak ada tiga interpretasi dari “volume
serbuk” yang diajukan :
Ø Volume
serbuk sebenarnya atau sejati (Vt) adalah jumlah volume dari
pertikel-partikel padat yang mengabaikan semua ruang yang lebih besar dari
dimensi molekuler, dan yang mempunyai nilai karakter untuk tiap bahan.
Rumus
:
padatan =
Ø Volume
granuler atau mampat (volume partikel) (vg) adalah volume komulatif
yang diambil oleh partikel-partikel, termasuk semua rongga intrapartikel
(tetapi tidak antarpartikel). Batas antara intrapartikel terbuka dan ruang
udara antarpartikel dapat diinterpretasi secara berlainan, karena itu
interpretasi volume tergantung dari metode pengukuran.
Rumus : Kerapatan
Mampat =
Ø Volume
bulk (vb) adalah jumlah volue yang di pakai oleh seluruh massa
serbuk pada pengepakan khusus yang didapat selama pengukuran, sehingga
interpretasi ini juga tergantung pada metode.
Rumus : Kerapatan
Bulk =
(Lachman 1, Hal. 143-144)
Bobot jenis (bilangan murni tanpa dimensi ) adalah
perbandingan bobot zat terhadap air volume yang sama ditimbang di udara pada
suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat
dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (Biasanya 25oC),
Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan
bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o,
25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang
farmasi, biasanya 25o/25o.
Angka bobot jenis menggambarkan suatu angka hubngan tanpa
dimensi, yang ditarik dari bobot jenis air pada 4oC ( = 1,000 graml-1 )
(4).
Bobot jenis relative dari farmakope-farmakope adalah
sebaliknya suatu besaran ditarik dari bobot dan menggambarkan hubungan berat
dengan bagian volume yang sama dari zat yang diteliti dengan air, keduanya
diukur dalam udara dan pada 200C (4).
Penentuan Bobot Jenis dan Rapat jenis
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer,
Areometer, timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu menggunakan
piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, beraca Mohr
Westphal.
Bobot jenis zat cair
ü Metode
Piknometer . Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer
dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan
piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC).
Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang
30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet.
ü Neraca Mohr
Westphal dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair.
Terdiri atas tua dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung
lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca)
pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah
thermometer kecil untuk mengetahui susu cairan yang diukur massa jenisnya,
neraca seimbang jika ujum jarum D tepat pada jarum T .
ü Densimeter merupakan
alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung.
Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa
jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera.
Metode penentuan untuk zat cairan (Ansel ; 466) :
ü
Metode Piknometer.
Prinsip metode ini
didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati
cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini
terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
ü
Metode Neraca
Hidrostatik.
Metode ini berdasarkan
hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan
kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
ü
Metode Neraca
Mohr-Westphal.
Benda dari kaca
dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama
dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan
neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
ü
Metode areometer.
Penentuan kerapatan
dengan areometer berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan
seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua
ujung ditutup dengan pelelehan.
II.2 Uraian Bahan
1. Minyak kelapa (Ditjen POM 1979 ; 456)
Nama resmi : Oleum cocos
Nama lain : Minyak kelapa
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna atau kekuningan, bau khas, tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian
etanol (95%) P pada suhu 60°C, sangat mudah larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Suhu lebur : 230-260
Indeks bias : 1,448-1,450
Penetapan
dilakukan pada suhu 400
Bilangan iodum :
7.0-11.0
Bilangan penyabunan : 250-264
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
cahaya, di tempat sejuk
Kegunaan :
sebagai sampel
Bobo jenis : 0,945 g/ml – 0,985 g/ml
2. Air suling (Ditjen
POM: 96)
Nama resmi :
Aqua destillata
Nama lain :
Air suling
RM / BM / BJ :
H2O / 18,02 / 1,00 g/ml
Rumus
struktur : H – O – H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai medium pelarut dan sebagai zat yang digunakan sebagai zat pembanding
pada perhitungan rapat jenis serta sebagai penghilang kotoran pada piknometer.
Bobot jenis :
0,997 g/ml
3. Alkohol (Ditjen Pom, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol/etanol
Rumus struktur : -
RM/BM : C2H6O / 46,00
Pemerian : cair tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
Mudah bergerak; bau khas; rasa
panas, mudah Terbakar dengan memberikan nyala biru yang Tidak berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam
Kloroform p dan dalam eter p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
Cahaya; di tempat sejuk; jauh dari nyala api
Kegunaan : zat tambahan
Bobot
jenis : 0,8119 sampai 0,8139 g/ml
4. Asam Borat
Nama resmi :
ACIDUM BORICUM
Nama lain :
Asam borat
BM/RM/kerapatan :
61,83 / H3BO3 / 1,435 g/ml
Rumus
struktur :
Pemerian : Hablur,
serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau
rasa agak asam dan pahit, kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian
air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95 %)P, dan dalam 5 bagian gliserol P.
Penyimpana
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan :
Antiseptikum ekstern
5. Parafin Cair (FI III ;
474-475)
Nama Resmi : PARAFFINULIQUIDUM
Nama lain :
Parafin cair
BM/RM : -
Pemerian : Cairan kental transparan tidak berfluoresensi;
tidak berwarna;
tidak
berbau; hamper tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Tidak larut dala air dan dalam etanol (95 %) P; larut
dalam
kloroform P dan dalam eter P
Penyimpana : Dala wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan :
Penggunaan Laksativum
Bobot jenis
: 0.870 gr sampai 0.890 gr
6. Gliserin
( FI III ; 271-272)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain :
Gliserol / Gliserin
BM/RM/BJ :
92,10 / C3H8O3 / 1,25 g/ml
H
H H H
Pemerian : cairan seperti
sirop;jernih,tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat
Kelarutan : dapat campur dengan air,
dan dengan etanol
(95%)P;Praktis
tidak
larut dalam kloroformP, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Indeks bias : Antara
1,471 dan 1,474
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Zat tambahan
Bobot jenis : 1,255 ml sampai 1,260 ml
7. Sirup ( FI III ; 31-32)
Komposisi
:Gula, konsentrak jeruk, air, pengaturan keasaman, asam sulfat, pemantap (natrium
alginate dan pectin), citamin C, pengawet (natrium benzoate dan natrium
sulfit), pengawet (beta-karoten C1 No. 75130).
Informasi Nilai
Gizi
Takaran
Saji : 17 ml
Jumlah
Sajian Per Kemasan : 20
|
Jumlah Per Sajian
Energi Total 45
kkal Energi Dari Lemak 0 kkal
|
%AKG*
Lemak Total 0
g 0 %
Protein 0
g 0 %
Karbohidrat Total 11 g 4 %
Gula 4 g -
Natrium 10 g 0 %
|
II.3 Prosedur Kerja
a. Menentukan Kerapatan Bulk
Ø Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan
kedalam gelas ukur 50 ml.
Ø Ukur volume zat padat.
Ø Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan berikut :
Kerapatan
Bulk =
b. Menentukan Kerapatan Mampat
Ø Timbang zat padat sebanyak 10 gram.
Ø Masukkan kedalam gelas ukur.
Ø Ketuk sebanyak 100 kali ketukan.
Ø Ukur volume yang terbentuk.
Ø Hitung Kerapatan Mampat dengan persamaan berikut :
Kerapatan Mampat =
c. Menentukan Kerapatan Sejati
Ø Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama
tutupnya (W1).
Ø Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3
bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3).
Ø Isikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer
berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada
gelembung udara didalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair
tersebut beserta tutupnya (W4).
Ø Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair
hingga tidak ada gelembung didalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya
(W2).
Ø Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan berikut :
d. Menentukan Bobot Jenis Cairan
Ø Gunakan piknometer yang bersih dan kering.
Ø Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling,
bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2).
Ø Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan
cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran
air suling, dan timbang (W3).
Ø Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan berikut :
Dt =
BAB III
CARA KERJA
III.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan
pada percobaan ini yaitu piknometer 25 ml 2 buah, gelas ukur 50 ml 1 buah,
gelas kimia 50 ml 1 buah, cawan porselin 1 buah, pipet tets 3 buah, hairdrayer,
timbangan dan sendok tanduk.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan
pada percobaan ini yaitu, asam borat 10 gram, parafin cair, sampel sirup
sunquick, sampel alcohol 70 %, sampel minyak kelapa, samppel gliserin. Kertas
timbang, air suling (aquades), tissue, dan aluminium foil.
III.2 Langkah Kerja
a. Menentukan Kerapatan Bulk
Menimbang asam borat sebanyak 10 gram, memasukkan ke
dalam gelas ukur sebanyak 50 ml. kemudian mengukur volume zat padat. Dan terakhir
menghitung kerapatan Bulk dengan menggunakan persamaan berikut :
Kerapatan Bulk =
b. Menentukan Kerapatan Mampat
Menimbang zat padat sebanyak 10 gram, memasukkan
kedalam gelas ukur, mengetuk gelas ukur sebanyak 100 kali ketukan, kemudian
mengukur volume yang terbentuk dan menghitung kerapatan Mampat dengan persamaan
berikut :
Kerapatan Mampat =
c. Menentukan Kerapatan Sejati
Menimbang piknometer yang
bersih dan kering bersamaan dengan tutupnya (W1), mengisi piknometer dengan zat
padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya, menimbang piknometer berisi zat
padat beserta tutupnya (W3), mengisi parafin cair perlahan-lahan ke dalam pikno-meter
yang berisi zat padat, kemudian di kocok-kocok, dan mengisi sampai penuh
sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya, menimbang piknometer berisi zat
padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4). membersihkan piknometer
dan mengisi penuh dengan parafin cair sehingga tidak ada gelembung didalamnya,
kemudian menimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2), dan
menghitung kerapatan zat menggunakan persamaan berikut :
d. Menentukan Bobot Jenis Cairan
Menyiapkan piknometer yang bersih dan
kering, menimbang piknometer kosong (W1), lalu mengisi dengan air suling,
bagian luar piknometer dilap sampai kering dan menimbangnya (W2). membuang air
suling tersebut, keringkan piknometer lalu mengisi dengan cairan yang akan
diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan
menimbangnya (W3), menghitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan berikut
:
Dt
=
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil dan Perhitungan
a. Kerapatan Bulk
Bobot Zat (g)
|
10 gr
|
Volume Bulk (ml)
|
12 ml
|
Kerapatan Bulk (g/ml)
|
0,83 g/ml
|
Perhitungan :
Kerapatan
Bulk =
=
= 0,83 g/ml
b. Kerapaatan Mampat
Bobot
Zat (g)
|
10
gr
|
Volume
Mampat (ml)
|
11
ml
|
Kerapatan
Mampat (g/ml)
|
0,90
g/ml
|
Perhitungan :
Kerapatan
Mampat =
=
= 0,90 g/ml
c.
Kerapatan Sejati
Bobot Piknometer Kosong (g)
|
22,51735 gr
|
Bobot Pikno + Zat Cair (g)
|
43,26155 gr
|
Bobot Pikno + zat padat (g)
|
36,20685 gr
|
Bobot jenis Zat Padat + Cair (g/ml)
|
48,506 g/ml
|
Perhitungan :
=
=
= 1,621008751 g/ml
d.
Bobot Jenis Zat Cair
Sampel Sirup Sunquick
Bobot Piknometer Kosong (g)
|
15,5895 gr
|
Bobot Pikno + Air (g)
|
41,16585 gr
|
Bobot Pikno + zat cair (g)
|
49,024 gr
|
Bobot jenis Zat cair (g/ml)
|
1,307242824 g/ml
|
Perhitungan :
Dt =
=
=
= 1,307242824 g/ml
Sampel minyak kelapa
Bobot Piknometer Kosong (g)
|
23,4433 gr
|
Bobot Pikno + Air (g)
|
48,21465 gr
|
Bobot Pikno + zat cair (g)
|
45,9080 gr
|
Bobot jenis Zat cair (g/ml)
|
0,9068 g/ml
|
Perhitungan :
Dt =
=
=
= 0,9068
g/ml
Sampel alkohol
Bobot Piknometer Kosong (g)
|
11,1233 gr
|
Bobot Pikno + Air (g)
|
36,9235 gr
|
Bobot Pikno + zat cair (g)
|
35,6304 gr
|
Bobot jenis Zat cair (g/ml)
|
0,94 g/ml
|
Perhitungan
:
Dt =
=
=
= 0,94
g/mL
Sampel gliserin
Bobot Piknometer Kosong (g)
|
28,244945 gr
|
Bobot Pikno + Air (g)
|
52,37315 gr
|
Bobot Pikno + zat cair (g)
|
58,4958 gr
|
Bobot jenis Zat cair (g/ml)
|
1,25 g/ml
|
Perhitungan :
Dt =
=
=
= 1,25 g/mL
IV.
2 Pembahasan
Kerapatan merupakan besaran turunan
karena menyangkut satuan massa dan volume pada temperatur dan tekanan tertentu,
dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot
jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan
massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4oC
atau temperature lain yang tertentu. Berat jenis merupakan bilangan murni
tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi
kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Dalam dunia farmasi
bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu
metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula
untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk
cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan
menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. sedangkan
kerugiannya
yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan
tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang
ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan
piknometer memerlukan waktu yang lama.
Dalam menetukan kerapatan bulk, zat yaitu asam borat
ditimbang sebanyak 10 gr. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur, volume
yang diperoleh sebanyak 12 ml. Untuk memperoleh kerapatan bulk ditimbang dengan
membagi bobot asam borat dengan volume, sehingga diperoleh nilai kerapatan bulk
0,83 gr. Pada penentuan kerapatan mampat masih duigunakan asam borat yang sama,
gelas ukur yang berisi asam borat diketuk 100 kali. Pengetukan dilakukan agar
kerapatan lebih mampat dan diperoleh hasil 11 ml. Dengan perhitungan yang sama,
diperoleh kerapatan mampat sebesar 0,90 g/ml. Pada penentuan kerapatan sejati,
digunakan piknometer kosong yang ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh
sebesar 22,51735 gram. Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal
ini dikarenakan pada tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat
mempengaruhi bobot piknometer yang sesungguhnya. Asam borat diamasukkan 2/3
volume piknometer dan ditimbang. Ditambahkan paraffin cair hingga tidak
terdapat gelembung udara didalamnya. Penambahan paraffin cair karena paraffin
cair dapat menutupi pori pada asam borat, dan paraffin cair tida dapat
mdlarutkan asam borat. Ditimbang dan diganti dengan paraffin cair, lalu kembali
ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil kerapatan sejati
1,621008757 gr/ml.
Pada
penentuan bobot jenis zat, piknometer yang bersih ditimbang dan diisi dengan
air suling hingga penuh. Piknometer berisi air suling diganti dengan sirup
sunquick dan ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil 1,307242824
gr/ml. Bobot jenis zat lain yaitu gliserin 1,25 gr/ml, minyak kelapa 0,9068
gr/ml, alcohol 0,94 gr/ml.
Setelah melakukan percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9068
g/ml, bobot jenis untuk alkohol
adalah 0,94
g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,25 g/ml dan bobot
jenis untuk sirup sunquick adalah 1,30 g/ml. Secara literatur, bobot jenis untuk air suling
adalah 0,997g/ml, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,903g/ml, dan bobot
jenis untuk bensin adalah 0,625g/ml. Untuk percobaan penentuan rapat jenis pula
diperoleh hasilnya, yaitu untuk kerapatan bulk adalah 0,83 g/ml, untuk
kerapatan mampat adalah 0,90 g/ml dan untuk kerapatan sejati adalah 1,621 g/ml
.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
perbedaan hasil ini adalah :
ü Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja
memegang piknometer.
ü Kesalahan pembacaan skala pada alat.
ü pengeringan pada piknometer tidak sempurna, terdapat
gelembung atau titik air dalam piknomter setelah dikeringkan.
ü Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga
mempengaruhi bobot jenisnya.
ü Pengaruh suhu dari
pemegang alat, juga berpengaruh pada alat.
BAB V
KESIMPILAN DAN SARAN
V.1
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang di lakukan
maka dapat di tarik kesimpulan berat jenis semua vahan dan kerapatn yang diperoleh
dengan metode piknometer adalah sebagai berikut :
Bobot Jenis Zat Cair sampel sirup
sunquick : 1,307242824 g/ml
Bobot Jenis Zat Cair sampel minyak kelapa
: 0,9068 g/ml
Bobot Jenis Zat Cair sampel alcohol :
0,94 g/ml
Bobot Jenis Zat Cair sampel gliserin :
1,25 g/ml
Kerapatan Bulk : 0,80 g/ml
Kerapatan Mampat : 0,90 g/ml
Kerapatan Sejati : 1,62 g/ml
V.2
Saran
Saran
saya untuk lab Farfis adalah :
Ø Sebaiknya
sebelum praktikum di harapkan alat-alat dan bahan-bahan sudah lengkap di atas
meja praktikum.
Ø Sebaiknya
kita para praktikan harus lebih focus dan hati-hati dalam menggunakan alat-alat
yang digunakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel H.C.,(2004),”Kalkulasi Farmasetik”.
EGC. Jakarta.
Ansel
H.C.,(1989),”Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi”, Terjemahan Faridah Ibrahim,
Universitas Indonesia Press, Jakarta, 625
Anonim. 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal. 767
Anonim. 1995, “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departeman
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal, 1030.
Gibson, M., 2004, “Pharmaceutical Preformulation and
formulation”. HIS Health Group, Tailor
dan Prancis. Hal. 382.
Lachman, L., dkk., (1986), ”Teori dan
Praktek Farmasi IndustriI”, Edisi I, Jakarta, Hal 143-144.
Martin,A.
1990. “Farmasi Fisika”. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar